Merantau, Alternatif Film Memedi, Cinta-cintaan dan Lawakan Garing

Tak lama lagi, dunia perfilman di Tanah Air bakal diramaikan dengan kehadiran film baru, judulnya: Merantau. Film bergenre laga itu dibintangi aktris kenamaan, Christine Hakim serta Alex Abbad, Donny Alamsyah, altet pencak silat nasional, Iko Uwais dan dua aktor asing aktor asing seperti Mads Kudal asal Denmark dan Laurent Buson (Prancis).

Film yang digarap sutradara asal Inggris, Gareth Huw Evans, itu sepertinya layak untuk diapresiasi lebih oleh publik Indonesia. Pertama, dilihat dari bintangnya. Biasanya, nih, film yang “bagus” atau “berkualitas” bisa dilihat dari aktor atau aktris pemerannya. Demikian pula sebaliknya. Sederhananya, sang aktor atau aktris turut menyumbangkan poin atas penilaian publik.

Mendengar nama Christine Hakim ikutan dalam film tersebut, saya yakin, sang sutradara tak mau main-main dalam penggarapannya. Logikanya, memasang aktris yang nge-top lewat film Tjoet Nya' Dhien plus bertarif mahal itu, pastinya tak bakal disia-siakan hanya untuk berperan dalam film ecek-ecek.

Sang Bintang yang juga peraih (kalau tidak salah) 6 Piala Citra itu pun, rasanya, bakal menolak tawaran bermain di film macam Hantu Terowongan Casablanca atau Love Is Cinta. Kalau pun Christine Hakim mau, seluruh biaya produksi film macam begituan, pastinya akan habis hanya untuk ‘honor’ sang bintang yang juga peraih penghargaan Best Actrees di Asia Pasific International Film Festival itu. Sebab, film seperti itu cukup bermodal judul yang heboh. Soal cerita, gambar, dan kemampuan akting para pemainnya, itu urusan nomor 27.

Seorang teman berkomentar pada saya ketika saya beritahu perihal film Merantau itu. “Kalau bintangnya Christine Hakim, itu sudah jaminan mutu, filmnya pasti bagus. Enggak usah liat siapa sutradaranya. Kamu (maksudnya: saya) yang menyutradarai pun, kalau yang main Christine Hakim, pastinya bagus. Saya pasti nonton,” terangnya.

Alasan kedua adalah film yang akan dirilis pada April 2009 itu mengangkat tema beladiri khas Indonesia, yakni, pencak silat. Merantau mengangkat cerita salah satu tradisi di Minangkabau, Sumatera Barat, di mana seorang anak laki-laki harus melakukan perjalanan guna memperoleh nama untuk dirinya.

Mendengar istilah “pencak silat” yang merupakan ilmu bela diri khas Indonesia atau Asia itu, saya jadi teringat film laga jadul seperti Si Buta dari Gua Hantu, Si Jampang, Si Pitung, atau Saur Sepuh, dan lain-lain. Saya kira, Merantau dapat menghidupkan kembali tokoh-tokoh jagoan berantem tersebut. Setidaknya, film tersebut dapat memperkenalkan atau memopulerkan kembali kesenian pencak silat yang berakar pada budaya Melayu itu.

Tak perlu berharap banyak bahwa Merantau bakalan dapat menyaingi film laga Barat garapan Hollywood layaknya Die Hard, The Matrix, James Bond atau Mission Impossible dan lain-lain. Atau, film laga Mandarin macam Once Upon a Time in China, The Forbidden Kingdom, Police Story, Crouching Tiger Hidden Dragon, atau Curse of the Golden Flower. Memang belum mungkin untuk menyaingi mereka. Tapi, setidaknya, Merantau dapat menjadi tontonan alternatif atas maraknya film bergenre memedi (hantu, mistik), film cinta-cintaan atau film lawakan (komedi) garing yang ada di negeri ini.

Sebab, film memedi yang kini ‘menghantui’ studio bioskop di Tanah Air itu, bukannya bikin ngeri atau takut saat menontonnya. Yang terjadi justru tertawa. Lucu, sih. Demikian pula film cinta-cintaan yang sedang ‘menebar virusnya’ pada kalangan remaja di Nusantara ini. Alih-alih mengajarkan cinta dan kasih sayang sejati, yang terjadi justru perselingkuhan, gaya hidup glamour dan hedonisme. Bagaimana dengan film komedi? Ooww…bagi yang sedang stres, saya sarankan jangan menonton film komedi Indonesia, nanti malah jadi sedih dan menangis.

12 Response to "Merantau, Alternatif Film Memedi, Cinta-cintaan dan Lawakan Garing"

Anonim mengatakan...

Helloo..
Mampir nih..
Sie sudah liat resensi nya kayanya emang bagus..mengangkat seni beladiri kalau gak salah namanya Silat Harimau..

Mudah mudahan film ini bisa menjadi trend baru dunia film kita asal penggarapannya yang bener aja jangan terlalu pake special efek yang berlebihan..
Tau kan ciri khas adegan laga indonesia.. Belum dipukul udah jatuh atau adegan terbangnya yang kelewatan hahahaha..

Salam ^^v

Anonim mengatakan...

wah...difilm pun kita mengangap kurang ya ,tentang mutu dan kwalitas INDONESIA...berati hampir semua segi...Indonesia dibawah negara lain...

semoga film ini mampu membuat merubah persepsi orang tentang mutu dan kwalitas film Indonesia!

Anonim mengatakan...

Kalo saya sih yakin juga ni pilem bakalan keren jadinya... tadi siang pas lihat cuplikannya di tipi, gaya berantemnya pun bagus gak kelihtan dibuat buat.. moga moga aja ini pilem bakalan sukses, dah bosen sama pileh memedi sama cinta cintaan .. salam kenal yo...

Anonim mengatakan...

Film Indonesia jaman sekarang, sepertinya terlalu dipaksakan. Ceritanya gak beda jauh sama sinetron, tapi dipaksain diputer di bioskop. Kualitasnya pun sebenarnya tak layak disebut film kelas layar lebar.
Tapi semoga, film yang Anda review ini tidak termasuk dalam kategori di atas.
Btw, bioskop di Solo saat ini sedang memutar film Indonesia semua, tidak ada satu pun film luar. Padahal saya nungguin Max Payne :D

Unknown mengatakan...

Semoga bisa jadi gebrakan baru, betewe pake bahasa apa mas dialognya, suradarane orang Inggris, ada orang asingnya...kalo judulnya sih basa Indonesia, nanti laganya bagus tapi bahasanya lucu...?

astrid savitri mengatakan...

Boleh juga nih! Angin segar bwt perfilman Indonesia yg agak karatan. Sayangnya masih ada campur tangan org barat di dalamnya, kalau semua digarap sama sutradara & pemain Indonesia barangkali bisa lebih membanggakan.

Anonim mengatakan...

menurut aku sih pemaen bukanlah jaminan mutu. mau christine hakim atau merryl streep (halah lupa spellingnya kayak apa) tapi kalo jalan ceritanya jelek,ya tetap aja jelek.

Anonim mengatakan...

kalo film kambing jantan yang sekarang lagi digarap raditya dika bakal garing gak ya?
Dia kan mayan gokil...

Anonim mengatakan...

weeewwwwkangen maw cristien hakim nieeee?//? daun diatas bantal na

ladangkata mengatakan...

jadi penasaran...

soal film indonesia..saya berharap..memedi ini adalah sebuah proses menuju ke film yang berkualitas lebih baik...

Anonim mengatakan...

aku jarang nonton film karena lebih suka baca buku jadi gak bisa komen mas arif.

Anonim mengatakan...

hekhekhekek, suaraku merdu ya....:D
minta donk kopi kental-nya, ngantuQ niiie.. ;))

Posting Komentar