Densus 86 Anti-Tekor

Pasukan antiteror TNI/Polri berhasil melumpuhkan anggota teroris yang menduduki sebuah hotel di Jakarta, Minggu (21/12). Terlihat Tim Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopasus) bersama anjing pelacak diterjunkan di hotel itu melalui sebuah helikopter.

Sejumlah anggota tim Gultor Kopasus berusaha masuk melalui jendela hotel. Pasukan terlihat berhasil membebaskan sandera yang ditawan para teroris. Tampak pula seorang anggota Gegana Markas Besar Polri sedang mengoperasikan robot penjinak bom.

Pasukan seluruhnya berpakaian serba hitam dan dilengkapi senjata otomatis. Mereka dilengkapi pula dengan helm, masker dan kacamata serta rompi tahan peluru yang seluruhnya juga berwarna hitam.

Wah, kerreenn... Tapi, maaf, itu hanya simulasi. Artinya bukan kejadian sungguhan. Aksi tersebut merupakan latihan gabungan antara TNI/Polri. Tidak hanya digelar di sebuah hotel tersebut, melainkan juga secara serentak di Selat Malaka, Jakarta, Semarang (Jawa Tengah), Yogyakarta, Surabaya (Jawa Timur) dan Denpasar (Bali). Melibatkan 6.597 personel lapangan dan 350 personel posko.

Entah sebagai bentuk antisipasi menyusul aksi teror di Mumbai, India, pada akhir November lalu, atau memang merupakan latihan rutin antara TNI dan Polri. Tapi, sebuah sumber mengatakan, simulasi itu untuk melatih kesigapan dan ketanggapan dalam menghadapi aksi terorisme di Indonesia menjelang Natal, Tahun Baru dan Pemilu 2009.

Dari seluruh aksi simulasi penanggulangan teror yang digelar secara serentak di enam lokasi di kota yang berbeda itu, tak ada laporan bahwa pasukan TNI-Polri gagal. Semuanya berhasil. Seluruhnya berjalan sesuai rencana dan sistematis. Pasukan penyelamatan datang tepat waktu. Sandera berhasil dibebaskan. Teroris sukses dibekuk.

Kejadian itu mengingatkan saya tentang sebuah ancaman teror bom yang diterima seorang staf sebuah gedung di kawasan Kramat Raya, Jakarta, awal Desember lalu. Ancaman bom melalui telepon itu diterima sekira pukul 13.15 WIB. Dan, seketika itu juga, langsung dilaporkan ke Markas Kepolisian Resor Jakarta Pusat yang berjarak sekira 100 meter dari lokasi yang diancam bom.

Namun, kisah sukses seperti yang terjadi pada simulasi penanggulangan teror tersebut di atas tidak terjadi. Bom—seperti ancaman sang peneror—memang tak ada. Tapi, Tim Gegana Satuan Brimobda Metro Jaya tiba di lokasi sekira pukul 15.00 WIB (mungkin lebih). Itu artinya, tim khusus yang bertugas mengatasi teror dan penjinakan bahan peledak tersebut, datang ke lokasi lebih dari 2 jam setelah ancaman bom diterima. Saya tidak sedang dalam pengaruh alkohol saat menulis “2 jam” itu. Benar, Gegana datang 2 jam kemudian.

Padahal, sang peneror itu mengatakan bahwa bom yang ia pasang di gedung tersebut akan meledak 3 menit setelah telepon ditutup. Itu artinya, jika bom memang ada, dan lalu meledak, tak akan ada siapa pun yang dapat berbuat banyak. Apalagi tim Gegana.

Pasukan detasemen itu bahkan kalah cepat tiba di lokasi dibanding para wartawan. Sekira 30 menit setelah ancaman bom itu diterima, beberapa wartawan (elektronik, cetak dan online) sudah berada di lokasi. Para wartawan pun terlihat santai setelah mengetahui (lebih tepatnya: menduga kuat) bahwa ancaman bom itu nihil alias tidak ada. Beberapa ada yang mengetik laporan (berita) melalui ponsel untuk dikirim ke redaksi di kantornya.

Saat unit Gegana bersenjata lengkap datang (terlambat), saya memberi tahu kawan-kawan wartawan. “Eh, Gegana datang, tuh.” Lalu, seorang kawan wartawan sebuah stasiun radio menimpali: “Ya, sudah, kasih mereka duit, biar mereka cepat pulang.” Disambut seorang kawan wartawan lainnya dengan nada bercanda: “Ya, mereka itu Densus 86 Anti-Tekor.” Bukan Densus 88 Anti-Teror yang konon disinyalir dibiayai Amerika Serikat itu.

Angka “86” (bukan “88”) merupakan istilah yang berkembang pada sebagian kalangan wartawan yang menerima ‘amplop’ dari narasumber. Sedangkan “tekor” merupakan bahasa Jawa yang maknanya “merugi”. Jadi, “anti-tekor” artinya, tidak mau merugi. Apakah Densus 88 Anti-Teror itu juga bisa disebut Densus 86 Anti-Tekor? Saya tidak tahu. Kalau pun tahu, saya tidak mau menjawabnya.

Foto: Inilah.com

38 Response to "Densus 86 Anti-Tekor"

Anonim mengatakan...

Slankers ya..??
Gabung yuk nulis di Blog ini
Kami tunggu kedatangan Anda

Anonim mengatakan...

Kirim email Anda di sini
nanti di adding sebagai penulis.. OK..??
di tunggu

Anonim mengatakan...

baru tahu nih ttg densus 86 anti-tekor

kw mengatakan...

waa masak kalah cepat sama wartawan...
anjingnya ngambek kali belum dimandiin.]
:)

Anonim mengatakan...

huahaha.. 86 anti tekor, bisa aja wartawan...

tadinya saya salut dan 'ngeri' liat aksi dan cara kerja densus ini menangani aksi teror, tapi klo pada prakteknya masih kalah cepet sama wartawan, mmmh..gimana yah?

mungkin terjebak macet kali?! xixixi...

Anonim mengatakan...

Wkakak

ga bisa beri koment cuma bisa tertawa, habis lucu. Kenapa bisa terlambat

Anonim mengatakan...

dimana-mana wartawan memang paling cepat tanggap itu yang saya tahu dan yg lebih tahu gosip-gosip mulai dr selebritis sampai gosip politik,mestinya yg jd densus 88 itu wartawan aja kali ,hidup...wartawan he...he...

Anonim mengatakan...

baru tau juga ada istilah seperti itu, ada2 saja :)

Anonim mengatakan...

kadang kala indra ke 6 wartawan lebih peka dari politikus sekalipun. ;)

Anonim mengatakan...

simulasi penanggulangan terorisme efektif nggak sih? yang namanya amerika kurang canggih gimana sih, tetep aja 11 september kebobolan...

Anonim mengatakan...

kok ga dari dolo pas dah mulai terbentuknya densus ya ?

trijatapatricia mengatakan...

hua...ha..ha....
densus 86 anti tekor ya, eemmm nama yang aneh, tapi boleh juga. kritik yang membangun untuk polri dan mestinya disikapi dengan bijak pula.

ArdianZzZ mengatakan...

waw... tapi bersyukur lah... detasemen anti teror kita kayaknya sudah termasuk jajaran yang top level loh... yah gimana lagi..

eh.. makasih udah memuji templet saya.. makasih oom makasiihh...

Anonim mengatakan...

Menimati

Anonim mengatakan...

halo kang....

Anonim mengatakan...

halo lagi yaaaa

Anonim mengatakan...

anti tekor? hahaha...jadi ingat petugas pemadam kebakaran di jakarta. bukannya segera memadamkan si jago merah, eh, malah tawar-menawar harga dulu dg korban kebakaran. kalo harga cocok, baru mereka bergerak...hi3x

mungkin gegana itu kurang gaji, kurang gizi, jadinya lamban bergerak:D

Anonim mengatakan...

macet kali jalannya :P

kalo gak dikasi duit, gak pergi ? lol

RainTurb mengatakan...

simulasinya keren, tapi gimana entar kalau ketemu sama yang aslinya ya_%^

Unknown mengatakan...

kopinya kental dan rasanya rame ni...
setuju tentang wartawan, apalagi yang foto..
inget ketika kejadian nangkap di wonosobo, ada wartawan foto yang naik diatas angkutan umum...sambil nembak dengan lincahnya...nembaknya pake kamera loh mas..
salut tenan ...

Anonim mengatakan...

uehheuuhue..... berarti tim anti teror itu bukan seorang yang professional n' jiwa nya masih Indonesia banget alias tukang ngareeeeeeeett hueuhuee.... Cape deeehh.... :p

Unknown mengatakan...

wow..mg2 itu cuman simulasi dan tdk pernah kejadian d kehidupan nyata....

fuih,,fiuh..

Anonim mengatakan...

pertama x...
salam kenal ya..
Thank's dah mampir... :D

Anonim mengatakan...

densus 86 anti tekor???

wah baru tau tuh klo ada istilah kayak gitu......

salam kenal

~Srex~ mengatakan...

Salam kenal mas,
Kayaknya yg nelpon gelap itu rekan densus antiteror sendiri yg dpt jatah tugas malam, dia jengkel ama yg tugas siang kok enak2 aja pd bobok siang....sialnya petugas yg terima telepon lg asyik pijat...jd tanggung...slesein dl pijatnya.

Oh ya tertarik dg komen mas di tempat mas Nir, hari bapak tgl 29 feb, biar ngrayainnya 4 th skali...
Saya dukung ide nya ...hehehe....

Anonim mengatakan...

yang suka kirim2 ancaman palsu itu tega bener sih.. eh, bukan berarti minta yang beneran ding..

Syaiful Safril mengatakan...

UNdangannya udah aku kirim..
cek di email ya..?? Kami tunggu kedatanganmu.... Salam PLUR

Anonim mengatakan...

....dan gus dur pun cuma bisa tertawa saat mendengar teror di gedung kramat raya ini...

Anonim mengatakan...

alamat nggak selamet deh kalo ada bom...

Anonim mengatakan...

Mas Arief; postingannya enak dibaca; apalagi kalau sambil ngopi. Gusdurian rupanya... yah, sama dooong.

Anonim mengatakan...

mas tak tunggu postingan yang terbaru.

Anonim mengatakan...

ngabisin uang ya??? pemenangnya juga "dibikin menang"
Oia, buat tips khusus yang mau ngulas tentang kiat-kiat jitu menghadapi serangan lemparan sepatu bagi Paspamres mana nih ... Soalnya, udah gak sabaran, pengen tau..
kalo boleh usul gimana wartawannya sebelum datang ke lokasi acara sang presiden minum obat peninggi badan dulu, soalnya paspamres kan badannya gede dan tinggi menjulang... ih gak lucunya...

Anonim mengatakan...

Lagi asyik nyruput kopi, anggota pasukan Anti Tekor kaget dengar teriakan "ada teror"
Mana?
Terorejing -torejing...

Anonim mengatakan...

saluuut untuk tni dan polri atas kerjasamanya dalam mengantisipasi teror bom di indonesia

aa nurdin mengatakan...

sy kira "Densus 88" datang terlambat tu krn kena macet kalee ye!!!...

Anonim mengatakan...

Bener tu, kalo setiap panggilan harus bayar uang, walah kalo gitu gaswat dong, udah kena musibah (kalo bener kejadian), keluar duit pula... macam mana pula... Apa kata Dunia..!!

Anonim mengatakan...

Kini kita telah berada di tahun 2009 Masehi, bersamaan dengan awal tahun Islam 1430 Hijriyah. Tahun baru masehi dan tahun baru Hijriyah yang telah kita masuki, menyisakan berjuta kenangan. Perjalanan waktu terasa singkat, umur pun tanpa kita sadari tak terasa semakin bertambah jumlahnya, namun sejalan dengan itu jatah hidup kita di dunia semakin berkurang. Bagi sebagian orang mengatakan bahwa “Waktu adalah Uang”, namun bagi orang beriman, waktu adalah “Amal dan kebaikan.”

masmpep mengatakan...

saya dengar malah ada yang sudah dibuatkan kaosnya.

jadi inget kaos: i love miyabi, he-he-he.

salam blogger,
masmpep.wordpress.com

Posting Komentar